Kemiskinan di Indonesia? Berikut Kisah Tragisnya
Kemiskinan menjadi potret buram
di Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin
di Indonesia bulan September 2012 mencapai 29,13 juta orang.
Kemiskinan diperparah dengan
maraknya korupsi di kalangan pejabat negara. Uang yang harusnya mampu menjamin
kehidupan warga miskin ditilep pejabat yang haus harta untuk memperkaya diri.
Gilanya, uang tersebut juga dipakai untuk main perempuan dan kawin lagi.
Warga yang terhimpit masalah
ekonomi mencari cara untuk tetap hidup, namun banyak yang tak mampu bertahan.
Berikut ini segelintir kisah tragis kemiskinan yang ada di
Indonesia pada tahun 2012.
1.
Ayah jual anak kandung
Seorang Ayah tega menjual anak
gadisnya yang masih berusia 12 kepada temanya untuk dijadikan pekerja seks
komersil. EH inisial bocah itu bekerja di Kampung Menceng, Cengkareng, Jakarta
Barat, sejak Agustus lalu. Ayah bejat berinisial F itu sehari-harinya bekerja
sebagai tukang ojek. Himpitan ekonomi menjadi alasan menjual anaknya kepada
rekannya sesama tukang ojek dengan tarif Rp 300-400 ribu per-malam.
"Jadi, kalau dari pengakuan
EH, dia ini harus melayani laki-laki hidung belang dalam sebulan bisa 4-6
orang. Duitnya yah buat bapaknya itu," kata Ketua Komnas Perlindungan Anak
(Komnas PA) Arist Merdeka Sirait, Rabu (14/11).
Arist mengatakan, perbuatan bejat
F ini berawal saat ia kehilangan istrinya pada tahun 2007 lalu. F yang tadinya
tinggal di Solo, memilih hijrah ke Jakarta pada awal 2012 untuk mengadu nasib.
"Karena di Solo hidupnya
pas-pasan, F akhirnya membawa anaknya ini ke Jakarta pada awal 2012, dan
menjadi tukang ojek. Nah di bulan Agustus ekonominya semakin sulit mungkin
karena enggak ada cara lain akhirnya ia menjual anaknya itu," kata Arist.
2.
Tukang ojek gantung diri
Seorang tukang ojek bernama Heru
Irawan (37), mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri di kamar mandi
rumahnya, di Kompleks Depag, Kedaung Kaliangke, Cengkareng, Jakarta Barat,
Jumat (8/6) malam.
"Hasil olah tempat kejadian
perkara (TKP) sementara, korban bunuh diri akibat himpitan ekonomi," ujar
Kanit Reskrim Polsek Cengkareng, AKP Alexander kepada merdeka.com di Jakarta,
Sabtu (9/6).
Menurut Alexander, korban
menggantung dirinya menggunakan tali berwarna kuning. Tidak ditemukan tanda
penganiayaan pada tubuh korban. "Pihak keluarga korban keberatan untuk di
otopsi (visum), pihak keluarga membuat surat keterangan diketahui RT dan
RW," katanya.
3.
Tukang becak mati kelelahan
Seorang kakek tua, Uum (70)
mengembuskan napas terakhir usai mengayuh becak tuanya, di Jalan Soekarno Hatta
atau tepatnya di dekat klinik khitan Paramedika, Bandung. Uum tak sadarkan diri
tak jauh dari becak yang selalu menemani kesehariannya mencari nafkah.
Peristiwa itu terjadi, Selasa
(25/6) pukul 09.00 WIB. Uum saat itu memang tampak lelah untuk kemudian
menghentikan laju roda tiganya dan menepi di salah satu warung. Di situ kakek
yang beralamatkan di Kampung Tengah RT 02 RW 09, Kelurahan Warung Muncang,
Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung memang tampak ngos-ngosan.
"Uum duduk lalu minta air
minum dan sempat diam diri," kata Kapolsek Babakan Ciparay, Kompol Harli
Hardiaman, kepada merdeka.com, Selasa (25/6).
Namun tak lama kemudian korban
ambruk tak sadarkan diri. Pemilik warung kemudian mendekati korban. Uum pun
tewas seketika. Menurut keterangan saksi kata Harli, bahwa Uum semalam penuh
memang mengayuh becak tuanya. "Karena kelelahan, dan kayaknya memang angin
duduk juga Uum kemudian meninggal," terangnya.
4.
Gaji guru tak cukup, istri dibunuh suami
Muhamad Muslih Sutisna (51),
pelaku pembunuhan istrinya sehari-hari ternyata bekerja serabutan. Polisi
menduga motif pembunuhan karena himpitan masalah ekonomi.
"Kami sudah periksa secara
intensif kepada suami korban, Muslih mengakui bahwa ia nekat membunuh istrinya
tersebut karena masalah himpitan ekonomi," kata Kanit Reskrim Kelapa
Gading AKP Tasman kepada wartawan, Jakarta, Rabu (15/5).
Tasman menambahkan sebagai
keluarga yang sudah mempunyai dua orang anak, penghasilan korban sebagai guru
tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. "Penghasilan tidak mencukupi
kebutuhan keluarganya, mereka sudah punya dua anak, karena itu mereka sering
cekcok, dan suaminya memutuskan untuk membunuhnya,"
Pelaku sendiri diketahui sudah
berniat menghabisi nyawa istrinya sendiri. Hal tersebut terlihat dari barang
bukti yang disita pihak kepolisian. "Kami telah menyita barang bukti dari
pelaku berupa tali tambang plastik warna hijau dan sebuah pisau dapur,
barang-barang sudah dibawa sebelum cek-in," imbuhnya.
"Korban tewas setelah
dijerat menggunakan syal milik korban sendiri oleh pelaku, jadi dua barang
bukti itu memang belum digunakan," beber Tasman.
5.
Orang tua miskin, gizi bayi buruk
Sebanyak empat orang bayi yang
mengalami gizi buruk kini tengah terbaring di Rumah Sakit Umum Daerah
Cengkareng, Jakarta Barat. Bayi dengan gizi buruk ini didominasi laki-laki dan
sebagian besar menderita gizi buruk sejak lahir.
Keempat bayi tersebut adalah Alysa
Noer Shalfah (4 bulan), warga Rawa Buaya, Cengkareng, dan Fatur Rohman (1),
warga Kalideres, Jakarta Barat yang dirawat di kamar 502. Sementara itu, dua
bayi lainnya, Doni (8 bulan), warga Kalideres dan Yoga Saputra (7 bulan), warga
Cengkareng, Jakarta Barat dirawat di kamar 522.Salah satu orang tua bayi
tersebut, Prihati (48), ibunda yaitu Yoga Saputra mengaku anak keduanya
tersebut setiap makan selalu muntah.
Keadaan Yoga semakin parah
lantaran anak keduanya tersebut diberi makanan yang tidak bergizi oleh orang
tuanya."Yoga saya kasih makan seadanya, apalagi sekarang suami saya
terkena stroke," ujar Prihatini di RSUD Cengkareng, Jakarta, Kamis (21/2).
Prihatini menambahkan, Yoga yang lahir dengan berat badan
2,2 kg juga mengalami susah makan, buang air yang intens dan batuk yang tidak
kunjung berhenti. "Awalnya anak saya, saya bawa ke Puskesmas Kelurahan
Kapuk. Di puskesmas, anak saya dirujuk ke RSUD Cengkareng karena anak saya
menderita gizi buruk.
Di sini saya tidak dipungut biaya
sepeser pun." jelasnya.Sementara itu, Kepala Instalasi Rawat Inap RSUD
Cengkareng, Budiman, mengatakan keempat bayi yang mengidap gizi buruk tersebut
disebabkan kurang mendapatkan asupan makanan bergizi karena kondisi ekonomi
orang tuanya. "Para balita yang mengidap penyakit gizi buruk ini karena
mereka tidak mendapatkan asupan makanan gizi yang cukup karena faktor ekonomi
keluarga," ujar Budiman.
6.
Ibu bunuh
anak gara-gara tak punya uang
Tekanan ekonomi membuat Herawati
(42) mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya. Tak cuma itu, putra
bungsunya Andika (4), dari empat bersaudara turut menjadi korban.
Herawati Warga Kampung Cigebar,
Desa Bojongasih, Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung, ditemukan tewas di
sebuah anak sungai Citarum, Desa Cijagra, Kecamatan Bojongsoang, Jumat (2/3)
siang. Tak jauh dari Herwati, ditemukan juga anak bungsunya oleh warga sekitar.
Kapolsek Bojongsoang, AKP
Sutarman, mengatakan Herawati mengambil keputusan untuk mengakhiri hidup karena
himpitan ekonomi. Dugaan selama ini kata dia, Herwati menenggelamkan anaknya,
dan disusul tindakan nekat Herawati dengan memutuskan urat nadi tangan kirinya
hingga tewas.
"Saat ini kami masih
melakukan penyelidikan, seperti mencari alat-alat yang digunakan untuk
mengakhiri hidup Herawati," terang Sutarman, saat dihubungi merdeka.com,
Sabtu (3/3).
Menurutnya dugaan bunuh diri
sangatlah kuat, ketika di bawah bantal kamarnya terdapat surat wasiat, dimana
isinya bahwa himpitan ekonomi dan utang yang melilit menjadi salah satu alasan.
Dia pun meminta maaf kepada tiga putri lainnya Fitri, Ita, dan Anti karena
telah meninggalkannya. Sutarman menambahkan dugaan Herawati membawa Andika
menjadi korban karena Andika yang suka merengek minta jajan. "Makannya dia
membawa anak bungsunya," tambahnya.
sumber: http://m.merdeka.com/peristiwa/kisah-tragis-kemiskinan-di-indonesia/ayah-jual-anak-kandung.html
Komentar
Posting Komentar