Arsitektur Tropis dan Bangunan-Bangunan Tropis di Indonesia

A. Pengertian
Indonesia merupakan negara yang terletak di 95° BT - 141°BT garis khatulistiwa. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga indonesia hanya memiliki 2 musim, yaitu musim hujan dan musim panas. Cuaca tersebut mempengaruhi gaya hidup sehari-hari masyarakat Indonesia termasuk dalam mendesain tempat tinggal mereka dengan penyesuaian dari waktu-kewaktu membuat pendudukIndonesia sadar bahwa penerapan arsitektur tropis lah yang paling tepat di terapkan pada rumah mereka.
Arsitektur Tropis adalah sebuah karya Arsitektur yang mencoba untuk memecahkan problematic iklim setempat, dalam hal ini iklim Tropis. Yang penting dalam Arsitektur Tropis ialah apakah rancangan tersebut dapat menyelesaikan masalah pada iklim tropis seperti hujan deras, terik matahari, suhu udara tinggi, kelembapan tinggi dan kecepatan angina rendah, sehingga manusia yang semula tidak nyaman berada dialam terbuka, menjadi nyaman ketika berada didalam bangunan tropis.
Sementara iklim tropis lembab sendiri dicirikan oleh beberapa factor iklim sebagai berikut :
1.      Curah hujan tinggi sekitar 2000-3000 mm/tahun
2.      Radiasi matahari relatif tinggi sekitar 1500 hingga 2500 kWh/m2/tahun
3.    Suhu udara relatif tinggi untuk kota dan kawasan pantai atau dataran rendah. Untuk kota dan kawasan di dataran tinggi rendah, sekitar 18hingga 28atau lebih rendah.
4.      Kelembaban tinggi (Jakarta antara 60 hingga 95%)
5.      Kecepatan angina relatif rendah.
            Konsep rumah tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap iklim tropis, dimana kondisi tropis membutuhkan penanganan khusus dalam desainnya. Pengaruh terutama dari kondisi suhu tinggi dan kelembaban tinggi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan berada dalam ruangan yang merupakan salah satu contoh aplikasi konsep rumah tropis. Meskipun konsep rumah tropis selalu dihubungkan dengan sebab akibat dan adaptasi bentuk (tipologi) bangunan terhadap iklim, banyak juga interpretasi konsep ini dalam tren yang berkembang dalam masyarakat. Misalnya penggunaan material tertentu sebagai representasi dari kekayaan alam tropis, seperti kayu, batuan ekspos, dan material asli yang diekspos lainnya.

B. Kriteria Perencanaan Pada Iklim Tropis Lembab
Kondisi iklim tropis lembab memerlukan syarat-syarat khusus dalam perancangan bangunan dan lingkungan binaan, mengingat ada beberapa factor- faktor spesifik yang hanya dijumpai secara khusus pada iklim tersebut, sehingga teori-teori arsitektur, komposisi, bentuk, fungsi bangunan, citra bangunan dan nilai-nilai estetika bangunan yang terbentuk akan sangat berbeda dengan kondisi yang ada di wilayah lain yang berbeda kondisi iklimnya. Kondisi yang berpengaruh dalam perancangan bangunan pada iklim tropis lembab adalah, yaitu :
1.      Kenyamanan Thermal
Untuk mendapatkan kenyamanan thermal dapat dilakukan dengan mengurangi perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang panas. Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang mempunyai tahan panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan tersebut akan terhambat. Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan atap umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas panas dari bagian atas agak sulit karena akan memperberat atap. Tahan panas dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara, misalnya rongga langit-langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan memperbesar tahan panas. Cara lain untuk memperkecil panas yang masuk antara lain yaitu :
o   Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat.
o Melindungi dinding dengan alat peneduh. Perolehan panas dapat juga dikurangi dengan memperkecil penyerapan panas dari permukaan, terutama untuk permukaan atap.
o  Penggunaan warna-warna terang. Warna terang mempunyai penyerapan radiasi matahari yang lebih kecil dibandingkan dengan warna gelap. Penyerapan panas yang besar akan menyebabkan temperatur permukaan naik. Sehingga akan jauh lebih besar dari temperatur udara luar. Hal ini menyebabkan perbedaan temperatur yang besar antara kedua permukaan bahan, yang akan menyebabkan aliran panas yang besar.



2.      Aliran Udara Melalui Bangunan
Kegunaan dari aliran udara atau ventilasi adalah :
o   Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yaitu penyediaan oksigen untuk pernafasan, membawa asap dan uap air keluar ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri serta menghilangkan bau.
o   Untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal, mengeluarkan panas, membantu mendinginkan bagian dalam bangunan.
Aliran udara terjadi karena adanya perbedaan temperature antara udara di dalam dan di luar ruangan dan perbedaan tinggi antara lubang ventilasi. Kedua gaya ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendapatkan jumlah aliran udara yang dikehendaki. Jumlah aliran udara dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pada umumnya lebih kecil daripada yang diperlukan untuk memenuhi kenyamanan thermal. Untuk yang pertama sebaiknya digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu terbuka. Untuk memenuhi yang kedua, sebaiknya digunakan lubang ventilasi yang bukaannya dapat diatur.

3.      Radiasi Panas
Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan dan dari permukaan yang lebih panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal itu dapat digunakan alat-alat peneduh (Sun Shading Device). Pancaran panas dari suatu permukaan akan memberikan ketidaknyamanan thermal bagi penghuni, jika beda temperatur udara melebihi 40C. Hal ini sering kali terjadi pada permukaan bawah dari langit-langit atau permukaan bawah dari atap.

4.      Penerangan Alami pada Siang Hari
Cahaya alam siang hari yang terdiri dari :
Cahaya matahari langsung dan cahaya matahari difus. Cahaya matahari dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pencahayaan alami khususnya cahaya matahari langsung. Cahaya matahari langsung yang masuk harus dibatasi karena akan menimbulkan pemanasan dan penyilauan, kecuali sinar matahari pada pagi hari. Sehingga yang perlu dimanfaatkan untuk penerangan adalah cahaya langit. Untuk bangunan berlantai banyak, makin tinggi lantai bangunan makin kuat potensi cahaya langit yang bisa dimanfaatkan. Cahaya langit yang sampai pada bidang kerja dapat dibagi dalam 3 (tiga) komponen :
1. Komponen langit.
2. Komponen refleksi luar
3. Komponen refleksi dalam
Dari ketiga komponen tersebut komponen langit memberikan bagian terbesar pada tingkat penerangan yang dihasilkan oleh suatu lubang cahaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat penerangan pada bidang kerja tersebut adalah :
1. Luas dan posisi lubang cahaya.
2. Lebar teritis
3. Penghalang yang ada dimuka lubang cahaya
4. Faktor refleksi cahaya dari permukaan dalam dari ruangan.
5. Permukaan di luar bangunan di sekitar lubang cahaya.
Untuk bangunan berlantai banyak makin tinggi makin berkurang pula kemungkinan adanya penghalang di muka lubang cahaya.


C. Dampak Lingkungan Penerapan Arsitektur Tropis
Arsitektur Tropis adalah suatu konsep bangunan yang mengadaptasi kondisi iklim tropis. Letak geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa membuat Indonesia memiliki dua iklim, yakni kemarau dan penghujan. Pada musim kemarau suhu udara sangat tinggi dan sinar matahari memancar sangat panas. Dalam kondisi ikim yang panas inilah muncul ide untuk menyesuaikannya dengan arsitektur bangunan gedung maupun rumah yang dapat memberikan kenyamanan bagi penghuninya.
Dampak Jangka Pendek (sekarang)
Dampak jangka pendek atau dampak yang langsung bisa dinikmati dengan penerapan konsep arsitektur tropis adalah :
o   Terciptanya kenyamanan dalam hunian. Karena sirkulasi udara tercukupi, membuat hawa dalam ruangan menjadi nyaman
o   Penghematan Energi, karena untuk penerangan dan penghawaan memanfaatkan sumber energi alam.

Dampak Jangka Panjang
Dampak yang akan di nikmati beberapa tahun kemudian, jika arsitektur tropis diterapkan adalah :
o   Terjaganya kelestarian alam karena konsep arsitektur tropis menyatu dengan alam bukan merusak alam
o   Akan semakin berkembangnya konsep arsitektur tropis jika banyak peminatnya.

     D.    Bangunan-Bangunan Arsitektur Tropis Di Indonesia
Berikut merupakan beberapa  bangunan tropis di Indonesia :
     1.     Green Office Park 6
     Menjadi bagian dari kawasan Green Office Park BSD City, Tangerang Selatan, gedung GOP 6 telah mengusung konsep bangunan hijau mulai dari desain atau perencanaan, pembangunan hingga pengoperasian.
   GOP 6 dibangun dengan konsep efisiensi energi dengan memperhitungkan arah mata angin sehingga mampu mengurangi panas matahari, memanfaatkan pencahayaan alami dan ventilasi sirkulasi udara. GOP 6 mampu melakukan penghematan listrik hingga 19,5 persen, sedangkan penghematan air mencapai 58 persen dari baseline.

      2.     Bank Indonesia Cabang Solo
           
     Gedung ini memanfaatkan penerangan alami, sistem air daur ulang serta lingkungan hijau berkelanjutan, membuat kinerja bangunan dalam melakukan penghematan energi dapat lebih maksimal.
     Bangunan ini juga menerapkan penggunaan panel surya sehingga 30 persen kebutuhan listrik dapat dipasok dari solar cell  (panel tenaga matahari). Gedung ini mampu melakukan penghematan listrik mencapai 43,63 persen, penghematan air mencapai 74,66 persen dari baseline dengan konsumsi air 25,53 persen dari baseline.

      3.     Kantor Utama PT Holcim Indonesia
     Konsep hijau pada kantor utama PT Holcim Indonesia di Tuban telah menerapkan penggunaan lampu yang hemat energi, ventilasi alami, pemanfaatan air hujan, penggunaan materi lokal, dan area hijau yang berkelanjutan.
   Gedung ini mampu melakukan penghematan listrik mencapai 47,95 persen, sedangkan air mencapai 66,22 persen dari baseline.

      4.     Sequis Center
     Terletak di Jalan Sudirman, bangunan ini dulu dikenal dengan nama S Widjojo Center, kemudian pada 2010 berubah nama menjadi Sequis Center. Gedung ini sangat erat dengan sejarah masuknya bahan bangunan GRC (glassfiber reinforce cement) ke pasar Indonesia. Sequis Center memanfaatkan GRC sebagai shading bangunan dan berdasarkan desain telah menerapkan konsep bangunan hijau.
     Shading-shading GRC berfungsi mengurangi interaksi langsung sinar matahari, sehingga suhu dalam ruangan berkurang dan dapat mengefisiensi penggunaan pendingin ruangan.
Bangunan unik ini mampu melakukan penghematan listrik hingga 28,12 persen, sedang penghematan air mencapai 28,26 persen.




Sumber :

Komentar

Postingan Populer